banner 728x250
Opini  

Pendidikan, Mahasiswa, dan Dinamika Dunia Perkuliahan

banner 120x600
banner 468x60

JAGOBERITA.ID – Tahun 2024 menandai babak baru bagi banyak generasi Z yang kini mulai melangkah ke dunia perkuliahan. Sebuah fase kehidupan yang seringkali penuh dengan harapan, namun diakhiri dengan tantangan nyata yang mencekam. Dunia yang dulunya terlihat sederhana dari belakang bangku sekolah kini berubah menjadi arena penuh tuntutan. Jadwal kuliah yang padat, tumpukan tugas yang seakan tak pernah habis, serta tekanan dari berbagai aspek mulai menggempur, baik fisik maupun mental. Di sinilah banyak mahasiswa mulai menyadari bahwa kehidupan kampus tidaklah seindah yang pernah dibayangkan, dan bahwa persoalan hidup bukan lagi sekedar teori, melainkan kenyataan yang harus dihadapi.

Ironisnya, di tengah semua ini, ada pemikiran yang semakin marak bahwa kesuksesan hanya bisa dicapai melalui materi semata. Pendidikan, sebagian besar, hanya dianggap sebagai beban; hal konyol yang membuang-buang waktu, menguras uang, dan tak jarang menjadi sumber tekanan bagi keluarga. Tak sedikit yang berpikir untuk meninggalkan bangku kuliah, memilih langsung terjun ke dunia kerja, menikmati masa muda dengan kebebasan seolah-olah masa depan bisa ditunda. Padahal, kenyataannya, kesempatan untuk mengenyam pendidikan tidak dimiliki oleh semua orang, dan waktu belajar adalah aset yang paling berharga.

banner 325x300

Pendidikan bukan sekadar formalitas. Ia adalah investasi terbesar dalam hidup, bukan hanya untuk individu, tapi juga untuk bangsa. Mencari ilmu memang tidak mudah, tetapi jauh lebih sulit ketika kita harus menghadapi dunia tanpa pengetahuan. Sebagai pelajar, kita mengemban amanah besar. Orang tua kita telah menaruh harapan, mempercayakan masa depan pada bahu kita. Maka, menjadi kewajiban kita untuk menjalani perkuliahan dengan penuh tanggung jawab, tidak mengecewakan mereka yang terjebak dalam godaan yang hanya bersifat sementara.

Namun kenyataannya, banyak mahasiswa yang terpaksa berhenti di tengah jalan. Beberapa terhantam masalah ekonomi, yang lain tidak siap secara mental, sementara sebagian lainnya terjebak dalam urusan percintaan. Menjadi pelajar bukan berarti mendapatkan kebebasan tanpa batas. Sebaliknya, ini adalah momen emas untuk menyalurkan potensi dan meraih prestasi. Bukan waktu untuk kehilangan arah. Kampus adalah tempat di mana kita belajar untuk lebih kritis, inovatif, dan kreatif—kualitas yang akan menjadi bekal utama dalam menghadapi dunia yang semakin kompetitif.

Bagaimana dengan mereka yang menghadapi masalah finansial? Di era serba digital ini, solusi selalu ada bagi mereka yang ingin berusaha. Beasiswa sudah sangat beragam dan tersedia bagi siapa saja yang bertekad. Teknologi memberi kita kesempatan untuk mencari penghasilan tambahan, dari berjualan online hingga membuka usaha jasa. Dunia yang ada dalam genggaman kita, tidak ada alasan untuk menyerah pada masalah yang sebenarnya bisa diatasi. Persoalan sejatinya bukan terletak pada masalah itu sendiri, melainkan pada cara kita berpikir dan bagaimana kita memanfaatkan peluang yang ada.

Salah satu penghalang terbesar dalam dunia perkuliahan adalah hubungan cinta. Seringkali, pasangan dianggap sebagai support system utama dalam menjalani kehidupan perkuliahan. Namun, tidak jarang hubungan ini justru menjadi hambatan terbesar bagi pengembangan diri. Percintaan yang tidak terkelola dengan baik bisa menghalangi fokus, produktivitas, dan kemampuan untuk menyalurkan bakat. Terlebih lagi, dalam kasus-kasus ekstrim, konflik percintaan di kampus telah memicu masalah serius yang jarang menjadi headline berita.

Selain itu, tidak sedikit siswa yang merasa salah jurusan atau minder dengan pilihan studinya. Pertanyaannya, mengapa ini terjadi? Apakah karena mereka tidak siap? Ataukah karena mereka kuliah hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain, tanpa memahami tujuan sebenarnya? Kuliah bukan sekedar ajang untuk eksistensi. Setiap siswa harus belajar mencintai bidang yang mereka pilih, menggali potensi, dan menemukan keasyikan dalam belajar. Kampus bukanlah tempat untuk bermain-main, tetapi arena di mana kita perlu menumbuhkan kesadaran, keteguhan hati, dan komitmen untuk mencapai tujuan.

Ketakutan adalah musuh terbesar kesuksesan, bukan kegagalan. Dalam proses perkuliahan, kita mungkin akan menghadapi rintangan. Namun, yang menentukan keberhasilan kita bukanlah seberapa banyak kita jatuh, melainkan bagaimana kita bangkit dan melawan ketakutan yang ada dalam diri kita sendiri.

Semua problematika yang muncul, mulai dari persoalan ekonomi, percintaan, hingga krisis identitas, sejatinya bisa diatasi dengan manajemen diri yang baik. Tidak ada masalah yang terlalu besar untuk diselesaikan jika kita tahu bagaimana mengatur waktu, membatasi pergaulan yang tidak produktif, dan tetap fokus pada tujuan utama kita. Sebagai pelajar, kita mempunyai tanggung jawab besar: mereformasi diri, menutup pintu bagi hal-hal yang tidak bermanfaat, dan membuka jalan bagi perkembangan diri yang positif. Aktiflah dalam organisasi, perluas wawasan, dan kelilingi diri dengan orang-orang yang mendorong kita menuju kemajuan.

Dengan demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk terjebak dalam kesia-siaan. Dunia perkuliahan adalah kesempatan emas, dan kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. Mari kita, para pelajar, menjadi generasi yang berdaya, berpikir kritis, berinovasi, dan mampu memikul tanggung jawab besar untuk masa depan yang lebih baik.

*Oleh Lu’luataul Alawiyah Hunaini, Mahasiswi S1 STIKES Husada Jombang

*Penyunting : Zainur Rahman
*Penerbit : Maulidi

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *