Nabi Muhammad SAW dilahirkan dalam keadaan yatim, tanpa ayah, dan tak lama setelah itu, beliau kehilangan ibunya. Namun, kondisi yatim-piatu ini bukanlah suatu kelemahan, melainkan bagian dari rencana Allah untuk membentuk kepribadian Nabi yang kuat, tangguh, dan mandiri. Kehidupannya sejak kecil telah mengajarkan arti kemandirian, kebebasan jiwa, serta kebersihan hati dari segala bentuk ketergantungan duniawi. Nabi Muhammad SAW tumbuh menjadi sosok yang merdeka jiwanya, merdeka dalam berpikir, dan terbebas dari belenggu kejahatan serta kesombongan manusia.
Beliau adalah pelopor nilai-nilai kemanusiaan yang luhur dan meletakkan dasar-dasar moral yang menjunjung tinggi hakikat kemuliaan manusia. Ketika diangkat menjadi nabi dan rasul akhir zaman, Muhammad SAW menjadi pembawa risalah agung—pesan perlawanan terhadap ketamakan, penindasan, dan kezaliman yang merajalela. Melalui dakwahnya, beliau mengajak umat manusia kembali kepada jalan yang lurus, mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat diraih dengan tunduk dan patuh kepada Allah. Dialah Muhammad SAW, pembawa kabar gembira bagi kaum tertindas, kaum miskin, dan mereka yang terpinggirkan. Kelahiran beliau adalah rahmat yang tak terhingga bagi seluruh alam semesta, sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya, “Dan tiadalah Kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS Al-Anbiya: 107).
Sejak masa itu, peradaban baru mulai terbangun. Islam, agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW, menjadikan ilmu sebagai fondasi utama dalam kehidupan manusia. Bukan hawa nafsu, bukan kejumudan, melainkan ilmu yang dibangun atas dasar wahyu dan akal sehat menjadi pedoman hidup bagi umat. Dalam waktu yang singkat, ajaran Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia dan diterima oleh berbagai bangsa dengan tangan terbuka. Orang-orang berbondong-bondong masuk Islam dengan penuh keyakinan, iman yang tertanam dalam hati (iman bil qalbi), diikrarkan dengan lisan (ikrar bil lisan), dan diwujudkan dalam amal nyata (wa amalun bil arkan). Islam tidak hanya menjadi agama, tetapi juga kekuatan baru yang mengubah dunia, membangkitkan semangat spiritual dan intelektual umat manusia.
Dan bagi orang-orang yang beriman, tak ada cita-cita yang lebih mulia selain bertemu dengan Allah di akhirat, berkumpul bersama Rasulullah SAW, dan meraih ridha-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, suri teladan sepanjang masa. Shalatan wasalaman alaika ya Rasulallah.
*Penulis : Zainurrahman