banner 728x250

Debat Terbuka Calon Ketua PKC PMII dan KOPRI Jawa Timur, Elza Nikma Yunita Tegaskan Kaderisasi Perempuan

banner 120x600
banner 468x60

JAGOBERITA.ID-Bangkalan. Pada hari minggu tanggal 15, Juni 2025. Debat terbuka Calon Ketua PKC PMII dan KOPRI Jawa Timur sukses digelar dengan kehadiran lima calon Ketua Umum dan tiga calon Ketua KOPRI.

Acara yang berlokasikan di Pandopo Bupati Bangkalan dihadiri oleh Pengurus PKC PMII Jatim, panelis independen, serta ratusan kader dari berbagai cabang se-Jawa Timur ini menjadi ruang kontestasi ide dan visi kepemimpinan kader muda Nahdliyin.

banner 325x300

Salah satu sorotan utama malam itu adalah penampilan Elza Nikma Yunita, calon Ketua KOPRI PKC PMII Jawa Timur nomor urut 1, yang tampil lugas dan visioner dalam menyampaikan visi-misinya. Dalam pidatonya yang menyentuh dan penuh data, Elza menegaskan bahwa peran perempuan dalam organisasi tak boleh lagi sekadar pelengkap formal, melainkan harus menjadi subjek utama perubahan sosial.

“Hari ini, perempuan muda tidak hanya menghadapi tantangan patriarki struktural di ruang sosial dan organisasi, tetapi juga menjadi target kekerasan simbolik di ruang digital,” tegas Elza di hadapan panelis dan audiens.

Ia mengutip data komnas perempuan yang mencatat lebih dari 2.000 kasus kekerasan terhadap perempuan per tahun di Jawa Timur, sebagian besar terjadi di ranah domestik dan digital. Dari realitas tersebut, Elza merumuskan visi kepemimpinannya:

“KOPRI PKC PMII Jawa Timur sebagai ruang aman, inklusif, dan progresif bagi perempuan muda untuk tumbuh, memimpin, dan memberi dampak nyata dalam perubahan sosial di era digital.”

Tiga Pilar Gerakan: Kaderisasi, Kepemimpinan, dan Teknologi

Elza memaparkan bahwa arah gerakan KOPRI ke depan harus bertumpu pada tiga fondasi: kaderisasi yang membebaskan, kepemimpinan yang kritis, dan penguasaan teknologi digital.

1.Kaderisasi Tiga Jalur: Gerbang Tiga Warna

Elza menawarkan inovasi dalam pola kaderisasi melalui program “Gerbang Tiga Warna”, yakni tiga jalur pengembangan kader berbasis minat dan potensi:

  • Jalur Intelektual-Organisatoris,
  • Jalur Advokasi Sosial, dan
  • Jalur Kreatif-Digital.

Model ini ditujukan untuk membebaskan kader perempuan dari pola kaderisasi seragam yang selama ini belum responsif terhadap konteks digital dan sosial yang berubah cepat. “Kita tidak membentuk perempuan dari satu cetakan, tapi membuka ruang agar potensi mereka tumbuh sesuai arah perjuangan masing-masing,” ujarnya.

2.Akademi Perempuan Kritis (APK)

Dalam ranah kepemimpinan, Elza menolak pandangan bahwa perempuan hanya hadir sebagai pemenuh kuota struktural. Ia menggagas Akademi Perempuan Kritis (APK), sebagai pusat kaderisasi kepemimpinan perempuan berbasis kesadaran gender, analisis struktural, serta penguatan nilai budaya dan religiusitas.

“Pemimpin perempuan harus punya keberanian moral, bukan hanya tampil di panggung tetapi punya arah perjuangan yang tajam,” kata Elza dengan penuh semangat.

3.Komando Digital KOPRI (KODE-K)

Menyadari derasnya arus digital dan naiknya angka kekerasan berbasis gender online (KBGO), Elza juga meluncurkan gagasan Komando Digital KOPRI (KODE-K). Unit ini akan menjadi ruang kreatif produksi konten narasi perjuangan perempuan, advokasi sosial, serta dakwah digital.

“Di era #NoViralNoJustice, narasi adalah senjata. Kita tidak bisa hanya hadir di ruang digital, tapi harus menguasainya untuk menyuarakan keadilan,” tegasnya.

Menjelang akhir sesi debat, Elza kembali mengingatkan pentingnya integrasi nilai dan strategi dalam gerakan perempuan. Ia mengatakan:

“Kaderisasi yang membebaskan akan melahirkan pemimpin visioner; dan pemimpin visioner akan memanfaatkan teknologi bukan sebagai gaya hidup, tapi sebagai senjata perjuangan.”

Ia juga mengajak kader perempuan untuk tidak hanya mengikuti arus zaman, tapi hadir sebagai agen perubahan: “Kita bisa memilih untuk diam—atau bicara. Kita bisa ikut arus—atau memimpinnya. Dan malam ini, kita buktikan: perempuan muda memilih untuk bersuara dan bertindak.”

Di akhir pidatonya, Elza menekankan bahwa perubahan besar dalam sejarah tidak lahir dari satu orang hebat, tetapi dari kekuatan kolektif perempuan-perempuan yang saling menopang. Ia menutup dengan seruan semangat:

“Perempuan Tumbuh, Perempuan Tangguh. Salam Pergerakan!”

Debat malam itu bukan hanya panggung kompetisi, tetapi juga ruang afirmasi bahwa perempuan muda dalam PMII memiliki kapasitas besar untuk menjadi pemimpin yang kritis, religius, dan adaptif terhadap zaman. Elza Nima Yunita hadir bukan sekadar sebagai kandidat, tapi sebagai simbol semangat transformasi KOPRI menuju masa depan yang lebih bermakna.

 

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *